Jumat, 27 April 2012



Akhir-akhir ini saya mendapat kabar bahwa teman saya (tidak hanya satu) ibunya telah berpulang ke rahmatullah. Sedih, bagaimana rasanya ditinggal orang yang kita sayang, yang sering kali kita abaikan, dan setelah tiada baru kita sadar, betapa berharganya mereka, betapa berjasanya segala pengorbanan mereka. Tapi apa yang kita berikan buat mereka?

Allah Swt. berfirman:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al-Isra’ : 23-24).

Abdullah bin Mas’ud Ra. meriwayatkan. Aku bertanya kepada Rasulullah Saw., “Amalan apakah yang dicintai oleh Allah? Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berbakti kepada kedua orang tidak hanya dibatasi pada waktu mereka masih hidup, tetapi masih dapat dilakukan setelah mereka meninggal dunia, di antaranya adalah dengan mendoakannya. Doa dan sedekah yang sudah anda niatkan untuk orang tua sudah benar.

Setelah meninggal dunia pahala orang tua (dari amalannya sendiri) terputus kecuali dari tiga hal. Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila seorang anak adam meninggal dunia terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya.” Hadits ini tentang terputusnya pahala dari amalan diri seseorang apabila yang bersangkutan telah meninggal dunia. Tidak ada keterangan bahwa pahala dari amalan orang lain (yang diniatkan untuk orangtuanya) ikut terputus.

Salah satunya adalah pahala sedekah yang diniatkan untuk kedua orang tua.

عَنِ اْبنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أُمِى تُوَفِيَتْ أَفَيَنْفَعُهَا أَنْ اَتَصَدَّقَ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَإِنَّ لِى مِحْزفًا اُشْهِدُكَ إَِنِى تَصَدَّقْتُ بِهِاعَنْهَا (رواه البخارى والترمذي وأبو داود والنسائى)

Sahabat Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahwa seseorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad Saw. Dia berkata; “Ibu saya meninggal, Apakah ada manfaatnya apabila saya bersedekah untuk ibu saya?” Rasulullah menjawab, “Ya berguna bagi ibumu.” Orang itu berkata lagi, “Saya mempunyai sebuah kebun dan engkau Rasulullah aku jadikan saksi, bahwa aku telah menyedekahkan kebun itu untuk ibu saya.” (HR Bukhari, Tirmidzi, Abu Dawud dan Nasa’i)

Sedekah untuk keluarga yang meninggal itu juga dikuatkan dengan Hadits Rasulullah Saw. dari Siti ‘Aisyah Ra.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِ صلى الله عليه وسلم اِنَّ اُمِّى اُفْتُلِيَتْ (مَاتَتْ فُجْأَةً) وَأَرَا هَالَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا ؟ قَالَ : نَعَمْ. متفق عليه

“Dari Siti ‘Aisyah Ra bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad SAW: “Ibu saya mati mendadak, dan saya yakin seandainya dia bisa bicara, dia bersedekah, apakah ibu saya mendapat pahala, seandainya saya bersedekah untuk ibu saya? Rasulullah menjawab, “ya ada pahala bagi ibumu.”(HR Bukhari dan Muslim).

Adapun mengirim pahala bacaan Al-Quran untuk kedua orang tua, dalam hal ini Al-Quran tidak menjelaskannya. Demikian pula dalam hadits, dan para sahabat pun tidak mencontohkan hal tersebut. Inilah pendapat yang kuat. Dengan kata lain, apabila hal tersebut dibolehkan pasti dilakukan oleh para salafus shaleh, karena ibadah itu tidak bisa diqiaskan dengan hal lain, kecuali ada nash yang menyebutkan baik dari Al-Quran maupun Hadits.

Tetapi sebagian ulama berpendapat: boleh mengirimkan pahala bacaan Al-Quran karena hal itu termasuk amal shaleh, dengan mengqiaskannya dengan sedekah dan doa untuk orang yang sudah meninggal dunia.

Abu Usaid Malik Bin Rabi’ah As-Sa’idi Ra. meriwayatkan, “Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah Saw., tiba-tiba datang seorang laki-laki dari Bani Salamah lalu berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang dapat aku lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?” Beliau menjawab, “Ya, yaitu mendoakan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, menunaikan janji keduanya setelah mereka tiada, menyambung persaudaraan yang tidak disambung kecuali karena keduanya, dan memuliakan kawan keduanya.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban di dalam shahihnya)

Kesimpulan

Setelah orang tua meninggal dunia banyak amalan yang bisa kita lakukan untuk berbakti kepada keduanya, di antara lain:

1. Mendoakannya

Mendoakan agar mereka diampuni, dirahmati, diberi kemuliaan disisi-Nya, dan dilapangkan di alam kubur.

2. Menunaikan janjinya

Apabila kita pernah mendengar orang tua mempunyai janji atau niat untuk melakukan suatu kebajikan, namun belum terlaksana karena maut menjemputnya, kita sebagai anaknya dianjurkan untuk merealisasikan niat baiknya itu. Misalnya, mereka pernah berniat mendirikan panti asuhan, sebelum niat baik ini terwujud, Allah swt. memanggilnya, sebagai wujud bakti anak terhadap orang tua adalah merealisasikan niat baiknya tersebut.

3. Menjalin silaturrahim

Sebagai makhluk sosial orang tua kita pasti memiliki sejumlah kerabat, wujud bakti kepada mereka adalah dengan menyambung silaturrahim dengan orang-orang yang biasa bersilaturrahim dengannya, terutama silaturrahim dengan kerabat dekat orang tua.

Kesimpulan: Berbakti kepada kedua orang tua bisa kita lakukan ketika mereka masih hidup atau sudah meninggal dunia. Setelah mereka meninggal dunia kita bisa mendoakannya, menunaikan janjinya dan menjalin silaturrahim dengan orang kerabat orang tua. Wallahu Ta’ala A’lam.

0 komentar :

Posting Komentar